Lirik Lagu 17 Agustus (Hari Merdeka)
Dengan nada yang penuh semangat dan lirik yang menggugah semangat nasionalisme, lagu ini selalu dikumandangkan setiap perayaan HUT RI. Berikut adalah lirik lagu 17 Agustus (Hari Merdeka) ciptaan Husein Mutahar.
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Kita tetap setia tetap sedia
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Kita tetap setia tetap sedia
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Kita tetap setia tetap sedia
Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan negara Indonesia. Lagu ini biasa dinyanyikan pada peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. Lalu, siapa pencipta lagu Indonesia Raya?
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman atau yang dikenal dengan WR Supratman. Berikut ulasan terkait profil WR Supratman.
Lagu ini diciptakan Wage Rudolf Soepratman pada tahun 1924.
Sejarah pencipta Google dimulai di kampus Stanford University pada pertengahan 1990-an. Larry Page, yang saat itu sedang mempertimbangkan Stanford untuk studi pascasarjananya, bertemu dengan Sergey Brin yang ditugaskan untuk memandu Page dalam tur kampus.
Awalnya, mereka tidak selalu setuju satu sama lain, namun kesamaan minat mereka dalam memecahkan masalah teknologi kompleks akhirnya membawa mereka ke dalam sebuah kolaborasi yang akan mengubah dunia.
Proyek awal mereka, yang kemudian menjadi cikal bakal Google, dimulai sebagai bagian dari disertasi Ph.D Page. Ia tertarik pada struktur link di World Wide Web dan bagaimana informasi bisa diurutkan berdasarkan kepentingannya. Bersama Brin, Page mengembangkan algoritma PageRank, yang menilai kepentingan sebuah halaman web berdasarkan jumlah dan kualitas link yang mengarah ke halaman tersebut. Konsep ini menjadi dasar dari mesin pencari Google yang revolusioner.
Pada tahun 1998, Page dan Brin mendirikan Google Inc. dengan modal awal $100.000 dari Andy Bechtolsheim, salah satu pendiri Sun Microsystems. Mereka memulai operasi dari garasi Susan Wojcicki (yang kemudian menjadi CEO YouTube) di Menlo Park, California. Nama "Google" sendiri berasal dari kesalahan ejaan "googol", istilah matematika untuk angka 1 diikuti oleh 100 nol, yang mencerminkan misi mereka untuk mengorganisir jumlah informasi yang sangat besar di internet.
Dalam tahun-tahun awal, Page dan Brin terus mengembangkan dan menyempurnakan mesin pencari mereka. Mereka juga mulai membangun tim yang kuat, merekrut beberapa pikiran terbaik dalam teknologi. Pendekatan inovatif mereka terhadap pencarian web, yang menggabungkan kecepatan, relevansi, dan desain yang bersih, dengan cepat menarik perhatian pengguna internet. Google mulai mendominasi pasar mesin pencari, mengalahkan pesaing-pesaing yang lebih mapan.
Seiring pertumbuhan Google, Page dan Brin terus mendorong inovasi. Mereka memperkenalkan layanan-layanan baru seperti Google AdWords, Gmail, dan Google Maps, yang masing-masing merevolusi bidangnya sendiri. Pada tahun 2004, Google melakukan penawaran umum perdana (IPO), mengubah Page dan Brin menjadi miliarder semalam.
Meskipun perusahaan telah berkembang jauh melampaui visi awal mereka, kedua pencipta Google ini tetap berpegang pada prinsip-prinsip inti mereka: fokus pada pengguna dan inovasi jangka panjang. Warisan mereka sebagai pencipta Google terus menginspirasi dan membentuk lanskap teknologi global hingga hari ini.
Siapa tidak kenal dengan lagu Garuda Pancasila? Lagu ini kerap dinyanyikan di sekolah maupun saat perayaan hari besar tanah air. Namun, siapa sebenarnya pencipta lagu Garuda Pancasila?
Pencipta lagu Garuda Pancasila adalah Sudharnoto. Nama ini jarang terdengar dan dikenalkan di sekolah-sekolah karena diduga terkait perannya sebagai salah satu pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yakni organisasi yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sejarah telah mencatat bahwa Sudharnoto adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia, yang dinyanyikan dari generasi ke generasi sampai saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Karier Sudharnoto
Pada 1952, Sudharnoto memulai kariernya di Radio Republik Indonesia (RRI), setelah diajak mengisi siaran oleh Maladi yang pernah menjadi gurunya. Lagu "Garuda Pancasila" diciptakan Sudharnoto saat ia bekerja di RRI pada 1956.
Selain bekerja di RRI, Sudharnoto juga menjadi pimpinan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi seniman dan budayawan yang berdiri pada 17 Agustus 1950. Lekra seringkali dikaitkan dengan komunis karena kedekatannya dengan Partai Komunis Indonesia.
Pada masa itu, kesenian dan kebudayaan menjadi salah satu alat politik yang kerap digunakan oleh partai politik untuk menarik massa, termasuk PKI, sebagaimana dikutip dari Laporan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada 2017.
Akibat keterlibatannya di Lekra, pada 1965, setelah peristiwa G30S/PKI, Sudharnoto dipenjara dan ditetapkan sebagai tahanan politik oleh Pemerintah Orde Baru atas dugaan penyebaran paham komunisme.
Makna Lagu Garuda Pancasila
Berikut makna lagu Garuda Pancasila, sebagaimana dikutip dari buku "Pendidikan Pancasila untuk Siswa SD/MI Kelas III" oleh Ressi Kartika Dewi dan kawan-kawan.
"Garuda Pancasila, Akulah pendukungmu"
Makna lirik ini adalah warga negara Indonesia menerima dan juga setuju jika Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia.
"Patriot proklamasi, Sedia berkorban untukmu"
Makna liriknya adalah sebagai warga negara yang sudah menerima Pancasila sebagai ideologi negara, harus menegakkan dan menjaga Pancasila sebagai ideologi utama.
"Pancasila dasar negara, Rakyat adil makmur sentosa"
Pada lirik ini, setiap warga negara harus menjadikan dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, sehingga mampu membawa rakyat pada kehidupan yang makmur dan sentosa.
Makna lirik ini termasuk tersirat yakni sebagai dasar negara, Pancasila pada akhirnya yang membentuk identitas negara Indonesia.
"Ayo maju, maju, Ayo maju, maju, Ayo maju, maju!"
Dalam lirik terakhir, terdapat makna mengajak rakyat Indonesia untuk selalu menerapkan nilai-nilai Pancasila demi mencapai mimpi dan cita-cita bangsa.
TEMPO.CO, Jakarta - Lagu "17 Agustus" atau yang juga dikenal dengan judul "Hari Merdeka" adalah salah satu lagu nasional Indonesia yang paling terkenal dan sering dinyanyikan pada setiap perayaan HUT RI di tanggal 17 Agustus.
Lagu ini memiliki lirik yang menggugah semangat patriotisme dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi tahukah Anda siapa pencipta lagu 17 Agustus yang penuh makna ini? Berikut adalah sosoknya.
Kehidupan Setelah Penjara
Setelah bebas dari penjara, Sudharnoto harus memulai hidupnya dari awal dengan status "bekas tahanan politik" dan stigma "komunis" yang melekat pada dirinya. Tanpa ijazah pendidikan formal, Sudharnoto bekerja sebagai penyalur es batu dan supir taksi untuk mencari nafkah.
Meskipun begitu, kecintaan Sudharnoto pada dunia musik tidak pernah pudar. Pada 1978, dia beberapa kali menjadi pemain organ di restoran Shangri-La. Bahkan, ia juga dipercaya untuk menggarap ilustrasi musik pada beberapa film, seperti pada film "Kabut Sutra Ungu" (1980) yang membuatnya memenangkan Piala Citra.
Sudharnoto meninggal pada 11 Januari 2000 dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet. Lagu ciptaannya Garuda Pancasila masih dikumandangkan sampai saat ini.
Pencipta Lagu 17 Agustus (Hari Merdeka)
Lagu 17 Agustus (Hari Merdeka) diciptakan oleh Sayyid Muhammad Husain Al Mutahar atau dikenal dengan nama Husein Mutahar.
Selain dikenal sebagai komposer lagu kebangsaan dan anak-anak, Mutahar juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Pramuka Indonesia dan berjasa dalam pengembangan kegiatan kepanduan di Indonesia pada era 1945-1961.
Mengutip buku Kumpulan Lagu Nasional, Mutahar mengenyam pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1947), setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS AI (1938).
Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta.
Kemudian pada 1947 ia menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974), setelah dipercaya sebagai Duta Besar RI di Vatikan (1969-1973).
Mutahar merupakan tokoh penting dalam sejarah musik Indonesia, terutama dalam genre lagu kebangsaan dan kepanduan. Ia terkenal dengan kontribusinya dalam menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.
Lagu "17 Agustus" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946, setahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Lagu dengan tempo cepat dan lirik yang menggugah semangat ini lahir di tengah suasana genting saat Indonesia menghadapi perang revolusi pada tahun 1946.
Pada masa itu, Indonesia sedang berjuang keras mempertahankan kemerdekaannya dari upaya Belanda untuk kembali menjajah.
Di tengah situasi penuh gejolak tersebut, Husein Mutahar menciptakan lagu ini sebagai bentuk dorongan semangat dan sebagai pengingat akan perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan bangsa.
Selain lagu "17 Agustus", Husein Mutahar yang pernah memimpin orkes milik Jawatan Kereta Api (PJKA) juga dikenal dengan karya-karya lainnya seperti “Hymne Syukur”, yang diperkenalkan kepada khalayak pada Januari 1945.
Kemudian ada juga lagu “Dirgahayu Indonesiaku” yang menjadi lagu resmi HUT ke-50 RI pada 1995.
Husein Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada 9 Juni 2004 pada usia 87 tahun. Meskipun telah tiada, warisannya dalam bentuk lagu-lagu nasionalis tetap hidup dan terus menginspirasi generasi muda Indonesia.
Lagu "17 Agustus" menjadi semakin populer setelah dinyanyikan kembali oleh grup musik Cokelat dan dirilis dalam album "Untukmu Indonesiaku" pada tahun 2006.
Versi Cokelat memberikan sentuhan rock dan pop yang membuatnya terasa lebih segar dan sesuai dengan selera musik modern, sementara versi asli lebih menonjolkan nuansa patriotik dan klasik.
Lirik Lagu Indonesia Raya
Indonesia Raya adalah lagu nasional ciptaan WR Supratman. Simak lirik lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan setiap HUT RI tanggal 17 Agustus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia tanah airkuTanah tumpah darahkuDi sanalah aku berdiriJadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaankuBangsa dan tanah airkuMarilah kita berseruIndonesia bersatu
Hiduplah tanahkuHiduplah neg'rikuBangsaku, rakyatku, semuanyaBangunlah jiwanyaBangunlah badannyaUntuk Indonesia Raya
Indonesia rayaMerdeka, merdekaTanahku, negeriku yang kucintaIndonesia rayaMerdeka, merdekaHiduplah Indonesia raya
Mengutip dari situs Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, Wage Rudolf Soepratman atau WR Supratman lahir di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada Jumat Wage, 19 Maret 1903. WR Supratman lahir dari pasangan Sersan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen.
Tiga bulan setelah lahir, WR Supratman dan orang tuanya pindah ke Jatinegara. Meskipun lahir di Purworejo, ayah WR Supratman mencatatkan akta kelahiran putranya di Jatinegara, sehingga banyak yang menuliskan WR Supratman lahir di Jatinegara.
Profil Sudharnoto, Sang Pencipta Lagu Garuda Pancasila
Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sudharnoto merupakan tokoh kelahiran Kendal, Jawa Tengah pada 24 Oktober 1925. Dia berasal dari keluarga dokter, di mana ayahnya adalah dokter pribadi Keraton Mangkunegaran di Solo.
Sedari kecil, Sudharnoto sudah gemar bermain alat musik. Kegemaran ini diturunkan dari kedua orang tuanya. Ayahnya hobi bermain alat musik, seperti seruling, gitar dan biola. Sementara Ibunya gemar bermain alat musik akordeon.
Selain belajar musik dari keluarganya, Sudharnoto juga menimba ilmu dari musisi keroncong Maladi, yang kemudian menjadi Menteri Penerangan, serta Daldjono, pencipta lagu "Bintang Kecil".
Sudharnoto sempat menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), meski tidak sampai lulus.
Adapun lagu pertama yang diciptakan oleh Sudharnoto adalah "Bunga Sakura" yang ditulisnya saat masih belasan tahun.
Satu nusa satu bangsa
Lagu berjudul satu nusa satu bangsa adalah ciptaan Liberty Manik. Lagu satu nusa satu bangsa bertanda tempo lambat dengan birama 4/4.
Lagu maju tak gentar diciptakan oleh Cornel Simanjuntak. Lagu maju tak gentar memiliki tempo yang cepat dan bersemangat, adapun biramanya adalah adalah 4/4.
Lagu mengheningkan cipta diciptakan oleh Truno Prawit dengan tempo yang lambat. Birama lagu mengheningkan cipta adalah 4/4.
Syukur adalah lagu nasional yang diciptakan oleh Husein Mutahar dengan tanda andante sustendo atau bertempo sedang. Birama lagu syukur adalah 4/4.
Baca juga: Contoh Lagu Nasional dengan Tangga Nada Mayor dan Minor
Ibu kita Kartini adalah lagu nasional yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman. Birama lagu Ibu kita Kartini adalah 4/4 dengan sedang (andante sustendo).
Hari merdeka adalah lagu nasional ciptaan Husein Muhtar. Tempo lagu hari merdeka cepat dan bersemangat dengan birama ¾.
Bagimu negeri adalah lagu nasional ciptakaan R. Kusbini. Tempo lagu bagimu negeri adalah grave atau tempo lambat dengan birama 4/4.
Halo-halo Bandung adalah lagu nasional ciptaan Ismail Marzuki yang memiliki Marcia atau tempo seperti orang yang sedang berbaris. Birama lagu halo-halo Bandung adalah 4/4.
Pendidikan dan Karier WR Supratman
WR Supratman menyelesaikan masa pendidikannya di sekolah keguruan. Berikut ini jejak pendidikan WR Supratman mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah pendidikan guru.
- Frobelschool (Taman Kanak-kanak) di Jakarta - Tweede Inlandscheschool (Sekolah Angka Dua) - Lulus ujian Klein Ambtenaar Examen (KAE, ujian untuk calon pegawai)- Setelah KAE, berlanjut ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru).
Wage Rudolf Soepratman memulai karirnya sebagai jurnalis pada tahun 1924. Ia bekerja pertama kali pada surat kabar Kaoem Moeda. Setahun kemudian pada tahun 1925, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan Surat Kabar Sin Po.
Sejak saat itu, ia rajin menghadiri rapat-rapat organisasi pemuda dan partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan di Batavia. WR Supratman juga terlibat dalam kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928.